Banner
free hotspot2
Login Member
Username:
Password :
Statistik

Total Hits : 1381360
Pengunjung : 277996
Hari ini : 79
Hits hari ini : 87
Member Online : 14
IP : 172.70.178.131
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla
:: Kontak Admin ::

lung_comp    
Agenda
03 May 2024
M
S
S
R
K
J
S
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8

Menyulap Biji Salak dan Asam Menjadi Perhiasan

Tanggal : 06/25/2013, 18:50:28, dibaca 555 kali.

YOGYAKARTA, - Kreativitas mahasiswa kadang mencengangkan dan mengagumkan. Bahan-bahan yang dianggap masyarakat sebagai sampah, bisa disulap menjadi hiasan antik maupun makanan.

Kreasi bahan sampah menjadi perhiasan antik ditunjukkan oleh empat mahasiswa Program Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ridwan Budiyanto, Tri Hardiyanti, dan Muhamad Ridwa. Mereka mengubah biji salak dan asam jawa menjadi perhiasan kalung, gelang dan berbagai perhiasan lain.

Menurut Muhamad Ridwan, pemanfaatan biji salak dan asam sebagai perhiasan dimulai dari pengawetan bahan baku dengan minyak cendana selama dua jam dan pemanasan untuk menurunkan kadar air biji. Kemudian pelapisan dengan cat, vernis atau melamin. Biji yang sudah diolah tersebut dilubang, diukir atau dibentuk sesuai kebutuhan jenis perhiasan yang akan diciptakan.

Bahan-bahan salak diperoleh dari kawasan desa-desa pertanian di bawah Gunung Merapi, sementara biji asam Jawa dari Kiringan, Desa Canden, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. “Ketika dalam bentuk biji, orang hanya membuangnya menjadi limbah. Dengan mengubah bentuk dan merangkai sebagai kalung, gelang dan perhiasan unik lain, bahan limbah tersebut berubah menjadi hiasan yang bernilai ekonomi,” kata Muhammad Ridwan, Selasa (25/6/2013). Produk rangkaian biji yang digolongkan statement necklace dengan merk Sentace tersebut dipasarkan dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu per helai hiasan.

Kreativitas lain ditunjukkan mahasiswa Fakultas Biologi dan Teknik Kimia UGM yang mengubah limbah buah menjadi minuman nata de fruity. Wiko Arif Wibowo bersama timnya yang mendapat suntikan modal dalam Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Pengabdian Mayarakat (PKM-M) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memelopori metamorvosa buah-buah layu menjadi nata dimaksud.

Kreativitas mereka telah dites melalui serangkain uji coba dan akhirnya buah yang layu tersebut masih higinis untuk diubah menjadi makanan dan minuman olahan. Karena itu, dia dan kawan-kawannya mendidik 12 penjual buah untuk memanfaatkan limbah buah untuk diubah menjadi nata.

Selama ini limbah buah di Pasar Buah Gamping mencapai 750 ton/hari, dimanfaatkan sebagai limbah biogas yang disulap menjadi sumber listrik di pasar setempat. Dengan kreasi baru dari mahasiswa tersebut, limbah buah disortir terlebih dulu sari buahnya dan ampasnya dimanfaatkan sebagai limbah biogas.



Kembali ke Atas


Berita Lainnya :
 Silahkan Isi Komentar dari tulisan berita diatas
Nama
E-mail
Komentar

Kode Verifikasi
                

Komentar :


   Kembali ke Atas